Saya biasanya tidak marah ketika membaca berita. Sekarang tidak lagi. Setelah 20 tahun bekerja di CT, saya terbiasa membaca tentang dosa manusia. Bagian dari pekerjaan saya dahulu adalah memilah-milah setiap berita keagamaan yang menarik dan menyoroti berita-berita teratas untuk para pembaca daring kami. Rentetan berita setiap hari tentang para pemimpin pelayanan yang mengundurkan diri atau dipecat karena kegagalan moral menjadi sangat biasa sehingga saya jarang memperhatikannya. Tetapi hal itu adalah demoralisasi. Selama satu periode, ada masa di mana saya berharap saya mendengar berita lain. Setelah satu bulan penuh membaca kisah kegagalan moral, saya mencari bantuan rohani. Krisis saya pun berlalu.

Karena itu, saya terkejut ketika mendapati diri saya berduka di bulan ini saat membaca sebuah berita. Berduka, dan marah.

Ada Patrick Sookhdeo, salah satu advokat yang paling menonjol bagi orang-orang Kristen teraniaya, terutama di negara-negara mayoritas Muslim. Pengadilan Inggris memutuskan dia bersalah karena menyentuh secara seksual seorang karyawan wanita dan mengintimidasi para saksi.

Kira-kira pada waktu yang sama, aktivis hak asasi manusia Chai Ling menuduh apologet Yuan Zhiming memperkosanya pada tahun 1990, sebelum mereka berdua menjadi orang Kristen terkenal. (Lihat “Matius 18, 25 Tahun Kemudian.”)

Dan bukan hanya dua kasus ini saja yang kami selidiki di bulan ini. Tetapi kasus Sookhdeo dan Yuan menggambarkan respons defensif yang cenderung kita dapatkan dari organisasi-organisasi pelayanan ketika dosa pemimpin mereka dipublikasikan.

Lembaga Barnabas Aid International bersikeras bahwa dari penyelidikan internalnya sendiri, tidak ditemukan adanya kesalahan terkait tuduhan yang ditujukan kepada Sookhdeo. Setelah keputusan pengadilan, para pemimpin pelayanan di Barnabas Aid berulang kali mengarahkan CT ke artikel daring yang menyiratkan bahwa korban berusaha menjatuhkan Barnabas Aid. Penulis artikel tersebut kemudian membandingkan korban dengan istri Potifar dan mengatakan Sookhdeo tidak akan mempertaruhkan kariernya karena payudara yang “tidak layak untuk dilihat.” Barnabas Aid mengatakan kepada CT bahwa mereka menerima pengunduran diri Sookhdeo sebagai pengurus yayasan, tetapi ia bisa tetap di posisinya jika dia mau. Ia tetap menjadi direktur internasional Barnabas Aid.

Demikian pula, China Soul for Christ Foundation, lembaga pelayanan Yuan, bersikeras bahwa hanya mereka yang memiliki hak dan kemampuan untuk menentukan kebenaran dari tuduhan-tuduhan yang diajukan terhadap pendiri dan presidennya. “Pendeta Yuan mengundurkan diri dari tugas dan pelayanan pastoralnya, tetapi bukan dari gelar dan posisinya, untuk menenangkan diri di dalam Tuhan dan memperbarui dirinya selama pencobaan ini,” kata juru bicara lembaga pelayanan itu kepada CT. “Pengunduran diri bukanlah suatu bentuk hukuman apa pun.”

Article continues below

Buletin-buletin gratis

Buletin-buletin lainnya

Dalam kabar berita yang kami sampaikan, kami telah berusaha untuk mewakili semua pihak secara akurat dan adil. Tetapi, secara umum, ketika kasus seperti itu muncul, saya mendapati bahwa klaim tidak bersalah semakin sulit dipercaya. Pengalaman saya mengajarkan bahwa para pemimpin organisasi secara dramatis meremehkan kapasitas mereka sampai menipu diri sendiri dan menutup mata.

Ya, saya pernah mengenal orang-orang terluka yang membuat tuduhan palsu. Beberapa orang benar-benar berusaha untuk mengambil keuntungan dari dosa orang-orang Kristen lainnya. Saya sangat berhati-hati terhadap budaya kita yang suka mengawasi orang lain dan budaya media sosial kita yang suka menghina sekaligus menganggap diri benar.

Meski begitu (dan saya benci menggunakan kata-kata yang digunakan oleh pihak keamanan bandara): Jika Anda melihat sesuatu, katakan sesuatu. Saya yakin Anda sudah terbiasa dengan bahaya dari tuduhan palsu. Namun hampir pasti, Anda kurang terbiasa dengan upaya Anda untuk mengakui kesalahan yang dilakukan oleh teman, kolega, dan pemimpin pelayanan Anda.

Tanyakan kepada jurnalis agama, mana yang lebih sering mereka temui: saksi palsu dan tukang fitnah, atau orang yang tahu secara langsung suatu perbuatan yang salah tetapi tetap diam?

Tanyakanlah William Lobdell. Dia adalah reporter agama untuk Los Angeles Times. Dia sudah tidak bekerja di sana lagi. Dia juga bukan seorang Kristen lagi. Bertahun-tahun melaporkan pelecehan seksual yang dilakukan oleh pastor Katolik dan penipuan spiritual oleh TBN membuatnya terpukul keras. Tetapi yang paling menghancurkan bagi dia adalah sikap para uskup yang menutup-nutupi dan para pendeta Injili yang menolak mengomentari TBN.

Ada banyak orang lain seperti Lobdell—yaitu orang-orang yang imannya tidak terlalu terguncang oleh dosa para pemimpin, tetapi mereka lebih terguncang oleh sikap gereja dan lembaga pelayanan yang mengizinkan dosa tersebut. “Pendeta tersebut melakukan sesuatu yang salah” itu menyedihkan. “Orang-orang itu tahu dan tidak melakukan apa-apa” itu sangat menghancurkan hati.

Ini bukanlah seruan untuk menjadi paranoia atau berasumsi bahwa setiap orang bermaksud jahat. Ini bukan panggilan untuk berburu penyihir. Ini adalah seruan untuk memeriksa diri—dan memohon. Jika Anda mengetahui sesuatu, beri tahu seseorang. Jika Anda berharap sesuatu akan selesai dengan sendirinya, Anda perlu menjadi takut bahwa hal itu akan meledak dan dampaknya sangat buruk. Jika Anda berdoa agar Tuhan akan menyingkapkannya, dengarkanlah panggilan-Nya untuk “Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu” (Ef. 5:11). Saat kita mengatakan sesuatu, kita membantu memastikan bahwa perbuatan-perbuatan kegelapan yang dilakukan secara rahasia tidak lagi mendatangkan malapetaka dalam kehidupan orang yang tidak bersalah.

Article continues below

Ted Olsen adalah redaktur pelaksana berita dan jurnalisme daring untuk Christianity Today.

Diterjemahkan oleh: Denny Pranolo

[ This article is also available in English. See all of our Indonesian (Bahasa Indonesia) coverage. ]