Investigasi selama empat bulan menemukan bahwa almarhum Ravi Zacharias memanfaatkan reputasinya sebagai apologet Kristen yang terkenal di dunia untuk melecehkan para terapis pijat di Amerika Serikat dan luar negeri selama lebih dari satu dekade. Sementara itu, pelayanan yang dipimpin oleh anggota keluarganya dan para pendukung setianya gagal menjaga akuntabilitasnya.

Ia memakai kebutuhannya untuk pijat dan jadwal perjalanan ke luar negri yang padat untuk menyembunyikan perilakunya yang tidak senonoh, memikat para korban dengan membangun kepercayaan melalui percakapan-percakapan rohani dan menawarkan dana langsung dari pelayanannya.

Sebuah laporan setebal 12 halaman yang dirilis pada hari Kamis (11 Februari 2021) oleh Ravi Zacharias International Ministries (RZIM) mengonfirmasi pelecehan oleh Zacharias di tempat spa yang dimilikinya di Atlanta dan mengungkap lima korban tambahan di Amerika Serikat, serta bukti pelecehan seksual di Thailand, India, dan Malaysia.

Bahkan dalam pemeriksaan terbatas terhadap perangkat-perangkat lama milik Zacharias, terungkap ada kontak lebih dari 200 terapis pijat di Amerika Serikat dan Asia dan ratusan gambar wanita muda, termasuk beberapa yang menunjukkan wanita telanjang. Zacharias meminta dan menerima foto hingga beberapa bulan sebelum kematiannya di Mei 2020 pada usia 74.

Zacharias menggunakan puluhan ribu dolar dari dana pelayanan yang didedikasikan bagi “upaya kemanusiaan” untuk membayar empat terapis pijat, menyediakan rumah bagi mereka, uang sekolah, dan uang bulanan untuk jangka waktu yang lama, menurut para penyelidik.

Seorang wanita mengatakan kepada para penyelidik bahwa “setelah Zacharias mengatur agar lembaga pelayanannya memberikan dukungan keuangan kepada dia, Zacharias meminta seks darinya.” Ia menyebutnya pemerkosaan.

Wanita itu mengatakan bahwa Zacharias “membuat dia berdoa bersamanya untuk berterima kasih kepada Tuhan atas ‘kesempatan’ yang mereka berdua miliki” dan, seperti dengan para korban lainnya, Zacharias “menyebut wanita itu sebagai ‘imbalan’ karena telah menjalani hidup demi melayani Tuhan,” menurut laporan tersebut. Zacharias memperingatkan wanita itu — seorang rekan seiman — jika ia membocorkan rahasianya, dia bertanggung jawab atas jutaan jiwa yang hilang ketika reputasinya rusak.

Penemuan-penemuan tersebut, bersamaan dengan detail-detail yang terungkap dari penyelidikan internal selama berbulan-bulan di RZIM , menghancurkan gambaran yang dimiliki banyak orang tentang Zacharias.

Article continues below

Buletin-buletin gratis

Buletin-buletin lainnya

Ketika ia meninggal pada bulan Mei, ia dipuji karena kesaksian hidupnya yang setia, komitmennya pada kebenaran, dan integritas pribadinya. Tetapi sekarang semuanya terbongkar. Di luar panggung, pria yang begitu lama dikagumi oleh orang Kristen di seluruh dunia ternyata melecehkan banyak wanita dan memanipulasi orang-orang di sekitarnya untuk menutup mata.

Pengacara dari firma hukum Miller & Martin, yaitu Lynsey Barron dan William Eiselstein, yang disewa oleh RZIM untuk menyelidiki, telah mewawancarai 50 saksi, dan memeriksa telepon-telepon yang digunakan Zacharias dari 2014 hingga 2018. Pada akhirnya, para pengacara tersebut mengatakan, “Kami yakin bahwa kami telah menemukan cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa Tuan Zacharias terlibat dalam perbuatan seksual yang tidak senonoh,” meskipun penyelidikan tersebut belum sepenuhnya tuntas.

Dewan pengurus RZIM merilis pernyataan bersamaan dengan penyelidikan tersebut untuk menyatakan penyesalan dan memikul beberapa tanggung jawab:

“Ravi terlibat dalam serangkaian perbuatan yang sangat besar untuk menyembunyikan perilakunya dari keluarga, kolega, dan teman-temannya. Meski demikian, kami juga menyadari bahwa dalam situasi penyalahgunaan wewenang yang berkepanjangan, sering kali terdapat juga masalah struktural, kebijakan, dan budaya yang signifikan. ... Kami dipercaya oleh staf kami, para donatur, dan masyarakat untuk membimbing, mengawasi, dan memastikan akuntabilitas Ravi Zacharias, dan dalam hal ini kami gagal.”

RZIM mempekerjakan firma hukum Miller & Martin setelah laporan Christianity Today di September 2020 tentang tuduhan pelecehan yang diajukan oleh tiga orang wanita yang bekerja di tempat spa milik Zacharias. Awalnya, pimpinan pelayanan RZIM menyatakan tidak mempercayai para wanita itu. Namun hari ini, semua itu berubah.

“Kami mempercayai, bukan hanya para wanita yang sudah mengutarakan tuduhan mereka secara publik, tetapi juga wanita-wanita lain yang belum pernah membuat tuduhan publik terhadap Ravi tetapi identitas dan kisahnya terbongkar selama penyelidikan,” ungkap pernyataan tersebut.

Dalam kurun waktu delapan bulan, RZIM telah berubah, dari yang harus menata ulang kiprah pelayanan globalnya sepeninggalan pemimpin mereka yang ternama, hingga harus merestrukturisasi secara keseluruhan, karena orang-orang Kristen di dalam maupun di luar organisasi tersebut telah kehilangan kepercayaan terhadap pemimpin mereka.

Article continues below

Sejumlah pembicara dan anggota staf RZIM meninggalkan pelayanan ini selama proses penyelidikan, karena prihatin terhadap tanggapan awal dari para pejabat tinggi di RZIM atas tuduhan-tuduhan tersebut. RZIM cabang Kanada menangguhkan upaya penggalangan dana dan pengumpulan donasi hingga April, sementara Zacharias Trust yang berbasis di Inggris mengancam untuk memisahkan diri jika RZIM tidak meminta maaf kepada para korban dan melakukan reformasi besar-besaran. (Kabar Terbaru: Sehari setelah laporan investigasi itu dirilis, dewan yayasan Zacharias Trust di Inggris memutuskan dengan suara bulat untuk memisahkan diri dari RZIM dan memilih nama baru.)

Bahkan sebelum laporan itu dirilis pada Kamis malam, dewan pimpinan RZIM telah bergeser untuk mengurangi keterlibatan keluarga Zacharias. Margie Zacharias, istri Ravi, mengundurkan diri dari dewan yayasan dan pelayanan pada Januari, sementara putrinya, Sarah Davis, mengundurkan diri sebagai ketua dewan yayasan namun tetap menjabat sebagai CEO.

Anggota staf di dalam RZIM mengatakan bahwa lembaga pelayanan ini — organisasi apologetika terbesar di dunia — berencana untuk secara dramatis mengurangi menjadi sedikitnya 10 apologet Amerika Serikat dan beberapa pembicara internasional, dengan didukung oleh sedikit staf.

Investigasi Dihambat oleh Perjanjian Kerahasiaan

Selain mengonfirmasi laporan-laporan pelecehan sebelumnya di spa Zacharias, laporan yang baru itu juga menguatkan tuduhan empat tahun lalu oleh Lori Anne Thompson, wanita Kanada yang mengatakan Zacharias telah memanipulasinya untuk mengiriminya pesan-pesan teks dan foto-foto eksplisit secara seksual. Kasus dia adalah skandal seksual pertama yang terkait dengan Zacharias yang dipublikasikan, dan ini menginspirasi para korban lain untuk melapor.

Zacharias telah menggugat Thompson pada tahun 2017. Ia mengklaim bahwa surat dari pengacara Thompson kepada dewan yayasan RZIM dengan tuduhan pelecehan seksual sebenarnya merupakan upaya pemerasan yang rumit. Tetapi dewan yayasan tersebut menulis pada hari Kamis bahwa “kami percaya Lori Anne Thompson telah mengatakan yang sebenarnya tentang natur relasinya dengan Ravi Zacharias.”

Tim penyelidik mewawancarai saksi-saksi lain yang “menuturkan perilaku serupa” dengan tuduhan Thompson dan menemukan pola pesan teks selama enam tahun dengan wanita lain sebelum dan sesudah Thompson.

Namun Thompson sendiri dan suaminya, Brad, tidak dapat berpartisipasi dalam penyelidikan baru-baru ini. Perwakilan hukum mendiang apologet ini menolak permintaan tim penyelidik untuk mencabut perjanjian kerahasiaan (NDA) agar memperbolehkan pihak Thompson berbicara tentang apa yang terjadi. Pengacara mereka, Basyle Tchividjian, berkata kepada tim penyelidik bahwa dengan segala sesuatu yang telah terungkap, fakta bahwa pihak Thompson masih terikat oleh perjanjian kerahasiaan adalah sesuatu yang “sama sekali tidak dapat dibenarkan.”

Article continues below

Davis menulis dalam email edaran pelayanan bahwa RZIM “meminta agar surat perjanjian kerahasiaan tersebut dimodifikasi demi kepentingan investigasi,” tetapi organisasi tersebut tidak memiliki kewenangan atas kepemilikan surat tersebut, yang dikendalikan oleh ibunya, Margie Zacharias. Surat tersebut juga mencegah para pengacara pribadi Zacharias untuk menyerahkan bukti yang dikumpulkan dari perangkatnya pada saat itu, sehingga hal ini meninggalkan celah dalam catatan yang diperiksa oleh Miller & Martin.

Meski demikian, menurut laporan investigasi tersebut, Zacharias terus meminta foto-foto seksual dari wanita-wanita saat ia sedang menghadapi kasus dengan Lori dan Brad Thompson. Zacharias membela diri di hadapan umum, dan meyakinkan pimpinan dan staf RZIM bahwa dia tidak bersalah dan tidak perlu melakukan investigasi lebih lanjut.

“Meskipun ia memberi tahu stafnya bahwa kesalahan dia yang sebenarnya dalam masalah Thompson adalah tidak memberi tahu seseorang bahwa dia menerima foto wanita lain, namun kami tidak memiliki indikasi bahwa dia pernah memberitahu manajemen RZIM atau dewannya tentang 200 foto lebih yang ia terima dari wanita-wanita lain selama dan setelah kasus dengan keluarga Thompson,” ungkap laporan itu.

Bahkan, satu hari setelah Zacharias membuat pernyataan secara terbuka pada tahun 2017 bahwa ia telah belajar suatu “pelajaran yang sulit dan menyakitkan” dari komunikasinya dengan Lori Anne Thompson, namun dia menerima lebih banyak foto dari wanita lain, menurut penemuan dari tim penyelidik. Wanita itu bahkan mengirim foto telanjang juga kepada Zacharias.

Namun, ada satu hal yang berubah. Setelah kasus Thompson, para penyelidik menyadari bahwa Zacharias menjadi lebih lihai dalam menghapus pesan-pesannya dengan cara yang tidak dapat dideteksi atau ditemukan.

Dalam pernyataan yang dirilis bersama laporan tersebut, dewan yayasan RZIM mengakui kegagalan tersebut dan meminta maaf kepada Lori Anne Thompson.

“Kami salah,” kata pernyataan itu. “Dengan penyesalan yang mendalam kami menyadari bahwa karena awalnya kami tidak mempercayai keluarga Thompson, dan baik secara pribadi maupun publik, kami telah membuat narasi yang salah, sehingga mereka difitnah selama bertahun-tahun dan mereka menderita berkepanjangan dan sangat berat. Hal ini membuat kami hancur hati dan malu.”

Article continues below

‘Dia dapat menyembunyikan kebobrokannya tanpa ada yang tahu’

Sebagian besar pelecehan yang ditemukan oleh tim penyelidik terjadi di tempat-tempat pijat, yang dikunjungi Zacharias untuk mengobati cedera punggung yang kronis. Dia secara berkala bepergian dengan tukang pijat pribadi dan mengkritik salah seorang anggota staf RZIM yang mempertanyakan “pantas atau tidaknya” melakukan hal semacam itu.

Walaupun laporan tersebut tidak mewawancarai sumber dari luar negeri, tim penyelidik menemukan bukti bahwa Zacharias secara rutin bertemu dengan terapis pijat ketika dia bepergian.

“Ia seringkali mengatur perawatan pijat di kamar hotelnya ketika dia mungkin sedang sendirian,” kata laporan itu. “Menurut pesan-pesan teksnya, kadang dia akan menemui terapis-terapis itu di lobi hotel dan di waktu lain dia akan mengarahkan mereka untuk langsung datang ke kamarnya.”

Di Bangkok, ia memiliki dua apartemen pada awal tahun 2010-an, di mana ia tinggal di satu bangunan dengan salah satu terapis pijatnya, menurut penemuan tim penyelidik. Pada aplikasi catatan di ponselnya terdapat terjemahan bahasa Thailand dan Mandarin dari frasa seperti “Aku ingin memiliki kenangan indah bersamamu,” “sedikit lebih jauh,” dan “bibirmu sangat indah.”

Terapis-terapis pijat dan wanita-wanita yang gambarnya ada di dalam album telepon Zacharias, usianya puluhan tahun lebih muda dari dirinya, kebanyakan masih berusia 20-an tahun.

Penyelidikan ini tidak menemukan bukti bahwa pimpinan atau staf RZIM mengetahui tentang perilaku seksual yang tidak senonoh yang dilakukan oleh Zacharias. Ini juga menunjukkan bahwa lembaga pelayanan RZIM hanya sedikit atau sama sekali tidak bertanggung jawab atas tingkah laku pendirinya.

“Karena kebutuhan dia akan perawatan pijat telah diketahui banyak orang dan diterima dengan baik, dia dapat menyembunyikan kebobrokannya tanpa ada yang tahu,” ungkap laporan tersebut.

Zacharias berbicara tentang pentingnya “rambu-rambu perilaku secara fisik” untuk “melindungi integritas saya,” tetapi laporan dari Miller & Martin mencatat bahwa “Sebagai orang yang menyuarakan ‘rambu-rambu perilaku secara fisik’ tersebut, Tuan Zacharias tahu persis bagaimana menghindarinya.”

Article continues below

Penyelidikan tersebut mengonfirmasi bahwa Zacharias berbohong tentang pentingnya untuk tidak sendirian dengan seorang wanita selain dengan istri atau putri-putrinya. Dia juga membawa banyak telepon genggam setiap saat, yang tersambung dengan jaringan internet yang berbeda dari jaringan RZIM, dan tidak pernah menggunakan jaringan internet di kantor. Zacharias mengatakan bahwa ini untuk keamanan, tetapi cara itu memastikan komunikasinya tidak dapat dipantau.

Dalam pernyataannya, dewan yayasan RZIM mengakui bahwa mereka telah “sepenuhnya gagal” dan menyatakan penyesalan “bahwa kami telah salah mempercayai Ravi sehingga kami kurang mengawasi dan menuntut pertanggungjawaban dia dengan bijaksana dan penuh kasih.”

Setiap contoh bukti dalam laporan itu bertentangan dengan penampilannya di depan umum sebagai seorang pemimpin — dan sebuah pelayanan — yang dikenal karena memberitakan integritas dan kebenaran.

“Kalian yang telah melihat saya di depan umum tidak tahu seperti apa saya secara pribadi,” kata Zacharias kepada para pendukungnya dalam sebuah ceramah yang ia sampaikan sekitar setahun sebelum meninggal, dalam rekaman yang dibagikan kepada CT. “Tuhan tahu. Tuhan tahu. Dan hari ini saya mendorong Anda untuk membuat komitmen dan berkata, ‘Saya mau menjadi orang yang hidup benar dalam kehidupan pribadi saya, yang akan menerima penghargaan ilahi, “Baik sekali perbuatanmu, hai engkau hamba yang baik dan setia.’”

Banyak orang yang memandang Zacharias sebagai mentor, model, dan bapa rohani, bergumul dengan informasi baru ini, dengan perasaan pengkhianatan, dan pertanyaan-pertanyaan tentang tanggung jawab mereka sendiri.

“Saya merasa kecewa dengan diri sendiri dan orang-orang lain yang seharusnya bisa berusaha lebih keras melawan gelombang kesetiaan yang buta untuk menuntut kejelasan lebih awal, karena dalam keyakinan Injili, tidak ada tempat untuk menghormati pengecut atau mengorbankan hati nurani,” Dan Paterson, mantan pimpinan RZIM di Australia, tulisnya di Facebook Rabu malam.

“Saya merasakan takut akan Tuhan yang mendalam ketika menyadari bahwa suatu hari saya juga akan memberikan pertanggungjawaban, di mana seperti laporan tentang RZ, semua yang dilakukan di bawah selubung kegelapan akan disingkapkan. Yesus datang untuk menegakkan keadilan melalui penghakiman. Oh, betapa saya berharap Ravi bertobat di kehidupan ini!”

Article continues below

Perubahan dalam RZIM

Dewan yayasan (yang nama-namanya dirahasiakan) dan pimpinan RZIM telah merencanakan untuk membuat perubahan sejak laporan sementara dari tim penyidik pada Desember 2020. Laporan tersebut mempersiapkan RZIM untuk menghadapi kemungkinan yang terburuk.

Ketika proses investigasi yang masih berlangsung pada September 2020, posisi resmi dari RZIM adalah bahwa semua tuduhan itu tidak mungkin benar, tetapi mereka akan melakukan investigasi untuk membersihkan nama Zacharias. Pada awalnya, RZIM menyewa firma dari salah satu pengacara yang menuntut keluarga Thompson. Beberapa orang dalam RZIM mengatakan bahwa wakil presiden Abdu Murray mengusulkan untuk mempekerjakan mantan polisi yang “kasar” untuk melacak orang-orang yang menuduh Zacharias dan mengungkap informasi yang dapat digunakan oleh RZIM untuk mendiskreditkan mereka.

Tetapi RZIM mengubah haluan dan mempekerjakan firma hukum Miller & Martin pada awal Oktober, setelah beberapa pembicara RZIM mengatakan bahwa mereka mengetahui tuduhan itu dapat dipercaya dan menuntut agar RZIM melakukan penyelidikan yang benar dan bereputasi baik.

“Saya percaya setiap kita memikul tanggung jawab atas apa yang selama ini telah membutakan kita, yang telah kita aktifkan tanpa kita sadari, yang tidak berani kita tentang, dan yang telah kita biarkan untuk terus berjalan dan berlanjut,” kata Sam Allberry, salah satu pembicara, kepada rekan-rekannya di Inggris.

Seperti yang dilaporkan CT sebelumnya , perselisihan tentang keterlibatan dan akuntabilitas telah mengguncang lembaga pelayanan tersebut selama berbulan-bulan seiring penyelidikan berlanjut. Pada awal tahun yang baru ini, RZIM bersiap untuk perpecahan.

Davis memberi tahu staf bahwa beberapa kantor global mungkin memutuskan untuk memisahkan diri dari RZIM dan menjadi organisasi-organisasi nasional yang independen. Saat ini, setiap kantor cabang memiliki anggaran dasar atau kebijakan nasionalnya sendiri sebagai badan amal dan diasosiasikan dengan pelayanan RZIM yang berbasis di Amerika Serikat melalui “perjanjian afiliasi”. Hal ini memungkinkan RZIM berfungsi sebagai satu pelayanan global.

“Kami telah mampu beroperasi sebagai satu organisasi selama lebih dari 35 tahun, namun, dalam masa krisis seperti yang sedang kami alami, hal ini menyebabkan beberapa badan pelayanan kami mengambil keputusan untuk memisahkan diri dari kantor pusat dan Dewan Internasional untuk menjalankan apa yang menurut mereka merupakan keputusan-keputusan terbaik bagi keutuhan mereka,” tulis Davis.

Article continues below

Beberapa apologet senior di RZIM berpendapat bahwa pemutusan hubungan secara nasional adalah satu-satunya cara untuk menjaga bagian-bagian pelayanan yang masih berjalan dengan baik.

John Lennox, seorang ahli matematika dan apologet dari Irlandia Utara yang terkenal karena perdebatannya dengan Richard Dawkins, Christopher Hitchens, dan tokoh-tokoh “ateis baru” lainnya, mendesak RZIM cabang Inggris untuk memisahkan diri. Lennox menarik diri dari semua keterkaitan dengan RZIM sehari setelah CT melaporkan tuduhan kasus di tempat spa, tetapi ia memberitahu para apologet Inggris bahwa ia dengan senang hati bersedia bekerja sama bila mereka ingin membentuk organisasi independen.

“Tuduhan-tuduhan ini sangat serius sehingga saya tidak dapat terlibat dalam aktivitas apapun yang sedang berlangsung atas nama RZIM,” tulis Lennox dalam sebuah pernyataan kepada dewan yayasan Inggris dan Amerika Serikat. “Dalam pandangan saya, penggantian nama organisasi dan restrukturisasi fundamental dari organisasi dan anggota dewan, perlu dilakukan dan dikerjakan dengan sangat cepat, jika kita ingin mempertahankan potensi dan keutuhan dari tim apologet muda yang luar biasa ini.”

Dewan yayasan dari negara-negara lain juga sedang dalam proses memisahkan diri dari kantor pusat di Amerika Serikat, menurut berbagai sumber internal lembaga pelayanan tersebut. Dewan yayasan Kanada mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Sudah jelas bahwa pelayanan ini tidak dapat dibangun di atas struktur yang sebelumnya” melainkan “harus dibangun berdasarkan pendekatan-pendekatan dan hubungan-hubungan yang baru.”

Lembaga pelayanan apologetika Kanada juga memberhentikan empat anggota timnya, termasuk Daniel Gilman, seorang pembicara yang memutuskan bahwa dia mempercayai wanita yang menuduh Zacharias melakukan pelecehan seksual dan secara vokal menantang pimpinan RZIM untuk mengakui keterlibatannya. Gilman mengatakan kepada CT bahwa dia sangat prihatin bahwa pelayanan yang dia cintai akan memilih untuk mengubah citra lembaga tersebut namun tidak bertobat.

Pesangon yang diterima Gilman mencakup surat perjanjian kerahasiaan, yang melarangnya melakukan “tindakan apa pun yang dapat merusak reputasi” RZIM atau “memberikan citra negatif” terhadap lembaga tersebut. Gilman memprotes dan surat perjanjian kerahasiaan diganti dengan sebuah kesepakatan untuk menjaga kerahasiaan informasi donatur.

Article continues below

Dipastikan akan ada PHK lebih banyak lagi. Karyawan RZIM mengatakan kepada CT bahwa pelayanan internasional mereka, yang pernah memiliki 100 pembicara dan 250 anggota staf di seluruh negara, akan dikurang sampai jumlah yang sangat kecil. Davis mengatakan kepada staf bahwa PHK akan diumumkan beberapa minggu setelah laporan Miller & Martin dirilis.

“Ini adalah sebuah keputusan yang sangat sulit, yang perlu dilakukan hanya karena situasi yang sedang kita hadapi,” tulisnya. “Kami sangat menyesal atas hal ini.”

Setelah pengurangan staf dan beberapa pemutusan hubungan secara nasional, tim yang masih tersisa kemungkinan besar adalah beberapa pembicara yang paling dekat dengan Zacharias dan memiliki hubungan baik dengan para donatur utama. Orang-orang di dalam RZIM menduga bahwa tim inti tersebut mencakup Michael Ramsden, Abdu Murray, dan Vince Vitale, yang dipimpin oleh Davis.

Davis mengundurkan diri sebagai ketua dewan yayasan, menyerahkan kendali kepemimpinan kepada Chris Blattner, seorang pensiunan eksekutif perusahaan energi dan donatur utama dari Minnesota. Namun selama masa krisis ini, Davis telah mengerjakan lebih dari sekedar manajemen harian di RZIM, dengan secara pribadi memasukkan namanya ke semua jalur komunikasi, baik internal maupun eksternal.

Dewan yayasan RZIM menyatakan pada hari Kamis bahwa “Berdasarkan temuan-temuan penyelidikan dan evaluasi yang sedang berlangsung, kami mencari kehendak Tuhan mengenai masa depan pelayanan ini… Kami akan memfokuskan diri dalam berdoa dan berpuasa untuk memahami bagaimana Tuhan memimpin, dan kami akan membicarakan hal ini dalam waktu dekat.”

RZIM mengumumkan bahwa mereka akan melibatkan seorang advokat yang biasa menangani korban pelecehan seksual, Rachael Denhollander, untuk memberikan pendidikan kepada para anggota dewan dan pimpinan tentang pelecehan seksual dan memberi nasihat kepada mereka tentang penerapan-penerapan terbaik di masa mendatang. Lembaga pelayanan ini juga menyewa sebuah firma konsultan manajemen untuk mengevaluasi “struktur, budaya, kebijakan, proses, keuangan, dan praktik-praktiknya” dan mengusulkan reformasi.

Doa yang dijawab

Rahasia pelecehan seksual yang dilakukan Zacharias mulai terkuak di hari pemakamannya pada Mei 2020. Salah seorang terapis pijat yang pernah ia raba-raba secara tidak pantas, yang di hadapannya Zacharias pernah bermasturbasi, dan pernah dimintai foto-foto yang eksplisit secara seksual, dengan kaget menyaksikan ketika sang apologet itu dihormati dan kematiannya diperingati dalam acara siaran langsung. Orang-orang terkenal, termasuk Wakil Presiden Mike Pence dan bintang sepak bola Kristen, Tim Tebow, berbicara tentang Zacharias dengan kata-kata pujian yang sangat tinggi.

Article continues below

Apakah tidak ada yang maju? Pikir wanita itu. Tidak seorang pun?

Ia khawatir tentang wanita-wanita lain yang mungkin ada di luar sana, yang sedang terluka. Dia berdoa semoga sesuatu akan terjadi.

Wanita itu mencari di Google mengenai “skandal seks Ravi Zacharias” dan menemukan blog RaviWatch, yang dikelola oleh Steve Baughman, seorang ateis yang telah melacak dan melaporkan “klaim-klaim mencurigakan” dari Zacharias sejak 2015. Baughman menulis blog tentang pernyataan palsu dari Zacharias tentang kredensial akademis, tuduhan-tuduhan sexting, dan gugatan yang berikutnya. Ketika wanita itu membaca tentang apa yang terjadi pada Lori Anne Thompson, ia menyadari bahwa apa yang terjadi pada wanita itu juga yang terjadi pada dirinya.

Sejauh yang ia tahu, blogger ateis ini adalah satu-satunya orang yang peduli bahwa Zacharias telah melecehkan orang-orang secara seksual dan lolos begitu saja. Ia pun menghubungi Baughman, dan akhirnya berbicara dengan Christianity Today tentang spa milik Zacharias, wanita-wanita yang bekerja di sana, dan pelecehan yang terjadi di balik pintu yang tertutup.

Wanita dari spa tersebut mengatakan kepada CT bahwa dia tidak mengharapkan apapun dari RZIM. Bukan demi penghargaan. Tentu bukan pula demi permintaan maaf. Ia berpikir, sebuah lembaga pelayanan bernilai jutaan dolar yang dibangun atas nama seseorang dan reputasinya, tidak akan pernah mau mengakui kebenaran tentang rahasia-rahasianya.

Ia berani berbicara hanya karena dia ingin wanita-wanita lain — para wanita yang telah disakiti oleh Zacharias, dan para wanita yang menjadi korban dari tokoh-tokoh Kristen lainnya yang terkenal dan dihormati — untuk mengetahui kebenarannya. Ia ingin mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian.

Minggu ini, dia percaya Tuhan menjawab doanya.

“Menurut saya, ini terungkap pada waktu Tuhan yang sempurna,” katanya. “Ini sesuai waktu-Nya; Ini di dalam jalan-Nya. Tuhan sedang mengerjakan semua ini, dan apa yang tidak terungkap adalah memang yang Tuhan mau untuk tidak terungkap.”

Diterjemahkan oleh: Kalvin Budiman

[ This article is also available in English español Português Français 简体中文 한국어, and 繁體中文. See all of our Indonesian (Bahasa Indonesia) coverage. ]