Jump directly to the Content

News&Reporting

Siapa yang Paling Mungkin Mempraktikkan Saat Teduh Setiap Hari?

Survei mendapati bahwa dua pertiga pengunjung gereja meluangkan waktu bersama Tuhan setidaknya setiap hari, tetapi praktiknya berbeda-beda.
EnglishPortuguês
Siapa yang Paling Mungkin Mempraktikkan Saat Teduh Setiap Hari?

Sebagian besar pengunjung gereja Protestan meluangkan waktu bersama Tuhan setidaknya setiap hari, tetapi ada perbedaan dalam hal yang mereka lakukan pada waktu tersebut dan sumber materi yang mereka gunakan.

Menurut studi yang dilakukan oleh Lifeway Research, hampir 2 dari 3 pengunjung gereja Protestan meluangkan waktu bersama Tuhan secara intensional setidaknya setiap hari, dengan 44 persen mengatakan setiap hari dan 21 persen mengatakan lebih dari sekali sehari.

Sementara itu, 17 persen pengunjung gereja mengatakan mereka meluangkan waktu bersama Tuhan beberapa kali dalam seminggu, dan 7 persen mengatakan sekali dalam seminggu. Ada pula yang mengaku mereka meluangkan waktu bersama Tuhan beberapa kali dalam sebulan (5%), sebulan sekali (2%), kurang dari sebulan sekali (3%) atau tidak pernah (1%).

Saat teduh ini terlihat berbeda bagi pengunjung gereja yang berbeda, tetapi mereka cenderung berbicara kepada Tuhan melalui doa daripada mendengarkan Dia melalui Firman-Nya.

Para pengunjung gereja paling sering berdoa dengan kata-kata sendiri (83%), bersyukur kepada Tuhan (80%), memuji Tuhan (62%) atau mengaku dosa (49%). Kurang dari 2 per 5 orang membaca Alkitab atau renungan (39%). Lebih sedikit yang mengulangi doa yang tetap (20%), memikirkan sifat-sifat Tuhan (18%) atau yang lainnya (1%).

Namun jika pengunjung gereja membaca sesuatu selama saat teduh mereka bersama Tuhan, sebagian besar akan membaca dari Alkitab cetak (63%). Yang lainnya akan membaca Alkitab dalam format berbeda seperti Alkitab yang disertai tambahan tafsiran atau renungan (25%) atau dari aplikasi Alkitab (20%).

Kurang dari 1 per 3 mengatakan mereka membaca dari buku renungan yang mencantumkan ayat-ayat Alkitab (32%), dan bahkan lebih sedikit lagi yang mengatakan bahwa mereka membaca dari buku renungan yang tidak mencantumkan ayat-ayat Alkitab (8%). Namun, ada pula yang mengatakan mereka membaca renungan dari aplikasi (7%) atau membaca yang lain (3%).

Frekuensi saat teduh

Dalam hal meluangkan waktu bersama Tuhan, lebih banyak perempuan (48%) daripada laki-laki (38%) yang mengatakan saat teduh adalah kebiasaan mereka sehari-hari. Mereka yang berada di bagian Selatan Amerika (49%) juga merupakan kelompok yang paling mungkin mengatakan bahwa mereka meluangkan waktu bersama Tuhan setiap hari.

Satu dari 4 orang Baptis (25%) mengatakan bahwa mereka punya waktu bersama Tuhan lebih dari sekali sehari. Dan kalangan Injili (30%) lebih mungkin mengatakan hal yang sama dibandingkan yang non-Injili (15%).

Kehadiran di gereja juga merupakan indikator dari frekuensi saat teduh. Mereka yang menghadiri kebaktian setidaknya empat kali sebulan (26%) lebih besar kemungkinannya untuk mengatakan bahwa mereka meluangkan waktu bersama Tuhan lebih dari sekali sehari, dibanding mereka yang menghadiri kebaktian satu hingga tiga kali sebulan (13%)

“Kami melihat sebuah pola dalam Kitab Suci mengenai para pengikut Tuhan yang menarik diri untuk meluangkan waktu bersama dengan-Nya. Yesus Kristus juga melakukan hal ini,” kata Scott McConnell, direktur eksekutif Lifeway Research. “Sebagian besar pengunjung gereja Protestan meneruskan interaksi relasional dengan Tuhan ini dan menggunakan berbagai sumber materi seiring mereka melakukannya.”

Preferensi terkait doa

Saat meluangkan waktu bersama Tuhan, sebagian orang lebih suka berdoa dengan kata-kata mereka sendiri, sementara yang lainnya lebih suka mengulangi doa yang telah ditetapkan. Pengunjung gereja yang berusia lebih muda—berusia 18-34 tahun (31%) dan 35-49 tahun (26%)—lebih besar kemungkinannya untuk mengatakan bahwa mereka mengulangi doa yang telah ditetapkan selama waktu mereka bersama Tuhan, dibanding mereka yang berusia 50-64 tahun (16%) dan di atas 65 tahun (11%). Dan mereka yang berusia 50-64 tahun (85%) dan di atas 65 tahun (89%) lebih besar kemungkinannya untuk berdoa dengan kata-kata mereka sendiri dibanding mereka yang berusia 18-34 tahun (77%) dan 35-49 tahun (77%).

“Ada banyak alasan untuk mendoakan doa yang ditetapkan. Baik seseorang mendoakan model doa yang Yesus ajarkan atau mengulangi permintaan yang sama kepada Tuhan setiap hari, hal-hal ini bisa menjadi bermakna,” kata McConnell. “Pada saat yang sama, Kitab Suci juga mencatat Mazmur dan doa-doa dalam kisah naratifnya yang menunjukkan betapa kita bisa sangat personal dan berterus terang ketika berbicara kepada Tuhan dengan kata-kata kita sendiri.”

Perempuan (86%) cenderung berdoa dengan kata-kata mereka sendiri dibandingkan laki-laki (79%). Dan masyarakat di wilayah Selatan (86%) cenderung berdoa dengan kata-kata mereka sendiri dibandingkan dengan mereka di Timur Laut (77%).

Kepercayaan kaum Injili dan frekuensi kehadiran di gereja juga merupakan faktor-faktor yang menentukan preferensi seseorang untuk berdoa. Mereka yang mengikuti kebaktian setidaknya empat kali sebulan lebih besar kemungkinannya untuk berdoa dengan kata-kata mereka sendiri dibanding mereka yang lebih jarang menghadiri kebaktian (85% berbanding 79%). Namun mereka yang menghadiri kebaktian satu hingga tiga kali sebulan lebih besar kemungkinannya untuk memakai doa yang tetap dibanding mereka yang lebih sering hadir di kebaktian (24% berbanding 16%).

Kaum Injili lebih besar kemungkinannya untuk berdoa dengan kata-kata mereka sendiri dibandingkan kalangan non-Injili (92% berbanding 76%), sementara mereka yang non-Injili lebih besar kemungkinannya untuk memakai pola doa tetap dibanding kaum Injili (22% berbanding 16%).

Preferensi terkait penerapan

Makna meluangkan waktu teduh bersama Tuhan berbeda-beda bagi setiap orang. Namun ada beberapa indikator mengenai praktik mana yang paling penting bagi berbagai demografi masyarakat.

Meski perempuan lebih mungkin untuk mengatakan bahwa mereka memuji Tuhan (66% berbanding 57%) atau membaca Alkitab atau renungan (42% berbanding 36%) dibanding dengan laki-laki, tetapi laki-laki lebih mungkin untuk mengatakan bahwa mereka memikirkan sifat-sifat Tuhan dibanding perempuan (21% berbanding 16%) ketika meluangkan waktu bersama Dia.

Pengunjung gereja yang berusia lebih tua—yaitu mereka yang berusia 50-64 tahun (45%) dan lebih dari 65 tahun (42%)— lebih mungkin untuk mengatakan bahwa mereka membaca Alkitab atau renungan saat meluangkan waktu bersama Tuhan, dibandingkan mereka yang berusia 18-34 tahun (32%) dan 35-49 tahun (34%). Dan mereka yang berusia di atas 65 tahun adalah kelompok yang paling kecil kemungkinannya untuk mengatakan bahwa mereka memikirkan sifat-sifat Tuhan (10%).

Kepercayaan Injili dan frekuensi kehadiran di gereja juga menjadi indikator preferensi seseorang dalam meluangkan waktu bersama Tuhan. Mereka yang paling sering menghadiri kebaktian (empat kali atau lebih dalam sebulan) lebih besar kemungkinannya untuk memuji Tuhan (67% berbanding 53%), mengaku dosa (55% berbanding 38%) atau membaca Alkitab atau renungan (46% berbanding 28%), dibanding mereka yang menghadiri kebaktian satu hingga tiga kali sebulan.

Dan mereka yang menganut kepercayaan Injili lebih besar kemungkinannya untuk bersyukur kepada Tuhan (87% berbanding 74%), memuji Tuhan (76% berbanding 51%), mengaku dosa (64% berbanding 38%) atau membaca Alkitab atau renungan (52% berbanding 29%) dibanding mereka yang non-Injili Namun mereka yang non-Injili lebih mungkin untuk memikirkan karakteristik Tuhan dibanding mereka yang Injili (20% berbanding 15%).

“Sebuah penelitian pemuridan sebelumnya dari Lifeway Research menunjukkan bahwa memuji dan bersyukur kepada Tuhan adalah salah satu dari lima prediktor utama kedewasaan rohani yang tinggi,” kata McConnell. “Ini adalah praktik yang tersebar luas di kalangan pengunjung gereja ketika mereka meluangkan waktu bersama Tuhan.”

Preferensi terkait sumber materi

Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam hal apa yang ingin dibaca oleh pengunjung gereja ketika meluangkan waktu bersama Tuhan. Jemaat dewasa muda (usia 18-34 tahun) adalah yang paling mungkin membaca Kitab Suci dari sebuah aplikasi (40%) dan paling kecil kemungkinannya untuk membaca dari buku renungan yang memuat ayat-ayat Alkitab (21%). Dan perempuan lebih mungkin untuk mengatakan bahwa mereka lebih suka membaca renungan dari aplikasi dibandingkan laki-laki (9% berbanding 4%).

“Orang-orang Kristen saat ini memiliki lebih banyak sumber materi untuk membantu mereka meluangkan waktu bersama Tuhan dan Firman-Nya,” kata McConnell. “Ketika sumber-sumber materi baru diciptakan, hal-hal itu dapat menyemangati seseorang yang, tanpa inovasi tersebut, tidak akan bisa meluangkan waktu bersama Tuhan. Namun ada juga keterkaitan yang kuat antara meluangkan waktu merenungkan Firman Tuhan dan sering beribadah bersama orang lain yang dapat menyemangati Anda dalam perjalanan Anda bersama Tuhan.”

Kalangan Injili lebih besar kemungkinannya untuk mengatakan bahwa ketika mereka meluangkan waktu bersama Tuhan, mereka akan membaca Alkitab (78% berbanding 52%), dibanding kalangan non-Injili Dan mereka yang non-Injili lebih besar kemungkinannya untuk mengatakan bahwa mereka membaca dari buku renungan yang tidak mencantumkan ayat-ayat Alkitab (11% berbanding 3%) atau dari aplikasi Alkitab (22% berbanding 17%), dibanding dengan mereka dari kalangan Injili.

Sementara mereka yang menghadiri kebaktian setidaknya empat kali sebulan lebih besar kemungkinannya untuk mengatakan bahwa mereka membaca Alkitab ketika mereka bersaat teduh (70% berbanding 52%) dibandingkan mereka yang menghadiri kebaktian satu hingga tiga kali sebulan, tetapi mereka yang menghadiri kebaktian satu hingga tiga kali sebulan lebih besar kemungkinannya untuk membaca renungan dari aplikasi dibanding mereka yang lebih sering menghadiri kebaktian (9% berbanding 5%).

Diterjemahkan oleh R.A. Samalo.

[ This article is also available in English and Português. See all of our Indonesian (Bahasa Indonesia) coverage. ]

May/June
Support Our Work

Subscribe to CT for less than $4.25/month

Read These Next

close