Sekitar sepertiga umat Islam Indonesia mengatakan bahwa meningkatnya jumlah umat Kristen di Indonesia merupakan ancaman bagi Islam, menurut laporan khusus Pew Research Center. Salah satu bentuk kekhawatiran tersebut diwujudkan dengan pembatasan yang diberlakukan pejabat setempat terhadap peribadatan Kristen. Kami menanyakan pendapat para pemimpin agama di Indonesia—baik muslim maupun kristiani—tentang mengapa kekhawatiran ini muncul, dan bagaimana masyarakat Indonesia dapat mengatasi penganiayaan terhadap agama minoritas?

Responden Islam:

Inayah Rohmaniyah: Ini persoalan klasik di mana pertumbuhan dikhawatirkan dan dianggap sebagai ancaman, tetapi tidak menjadi persoalan serius asalkan ada pendidikan. Dalam praktiknya, Indonesia terbiasa dengan keberagaman, di mana banyak masyarakat yang hidup berdampingan dengan tetangga yang berbeda keyakinan, baik di pedesaan maupun perkotaan. Meski simbol-simbol Islam semakin berkembang, seperti hijab bagi muslimah, namun hal tersebut tidak berkorelasi dengan keinginan untuk mendirikan negara Islam. Hal-hal tersebut hanyalah ekspresi identitas keagamaan di ranah publik, bukan ranah politik.

Kita perlu mengkaji mengapa ketakutan terhadap agama lain ini ada. Ada narasi, termasuk hoaks, yang beredar melalui media sosial. Pada saat yang sama, pemikiran kritis masih kurang dalam konteks pendidikan dan masyarakat. Untuk mengatasi hal ini, kita memerlukan kontra-narasi dan kegiatan-kegiatan untuk menanamkan pengetahuan baru yang menantang status quo.

Terkait pembatasan ibadah, kita perlu mempertanyakan motif para politisi atau pemimpin daerah yang berpihak pada kelompok intoleran atau radikal. Mungkinkah mereka bertujuan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat agar bisa terpilih kembali?

Kelompok-kelompok intoleran ada di tingkat akar rumput, namun pertanyaannya adalah apakah kita akan mengeksploitasi ketakutan ini demi keuntungan politik atau melawannya, menghilangkannya, dan menjadikannya produktif melalui komunikasi dan kolaborasi di antara orang-orang yang berbeda keyakinan.

Amin Abdullah: Ketakutan ini merupakan perasaan tidak aman yang berlebihan yang telah ada sejak tahun 60an dan 70an ketika dialog antar agama antara Islam dan Kristen gagal. Perasaan tidak aman seperti ini sama sekali tidak sehat bagi kehidupan bangsa dan tidak boleh dibiarkan. Agama Kristen telah hadir di Indonesia selama ratusan tahun, sejak penjajahan Portugis dan Belanda, dan bukan merupakan ancaman.

Namun sekali lagi, pemikiran Islam itu beragam dan tidak monolitik; pemikiran-pemikiran tersebut tidak dapat direduksi menjadi satu representasi. Dalam politik Islam misalnya, terdapat juga kepentingan seperti ingin meraih suara melalui kampanye negatif terhadap ancaman umat kristiani dan memanfaatkan perasaan tidak aman yang tidak sejalan dengan kenyataan. Pembatasan beribadah menjadi salah satu wujud nyata rasa tidak aman tersebut.

Buletin-buletin gratis

Buletin-buletin lainnya

Kedua, mereka yang memiliki perasaan seperti itu tidak menaati konstitusi, dan tidak sepenuhnya memahami konsep-konsep seperti al-muwatanah (kewarganegaraan), prinsip-prinsip kenegaraan, dan persamaan di depan hukum. Mereka tidak hanya harus memiliki pengetahuan agama, melainkan juga harus tahu tentang ketatanegaraan.

Responden Kristen:

Ferry Mamahit: Hubungan Islam-Kristen di Indonesia cukup kompleks karena adanya rasa saling tidak percaya antara kedua kelompok yang terkadang menimbulkan rasa permusuhan dan persaingan, terutama di bidang politik dan ekonomi. Kecurigaan yang timbul dari perbedaan keyakinan dan praktik keagamaan memperkuat dinamika ini. Secara hukum, pembatasan ibadah tersebut bertentangan dengan prinsip kebebasan beragama yang dijamin konstitusi. Pemerintah dan otoritas terkait perlu memastikan penegakan hukum yang adil dan setara bagi seluruh warga negara, apapun agama atau kepercayaannya.

Di sisi lain, pemahaman terhadap kondisi sosio-religius masyarakat juga penting. Denominasi gereja perlu mempertimbangkan secara bijaksana bagaimana mendirikan gereja berdasarkan peraturan pemerintah dan menciptakan dialog yang konstruktif dengan masyarakat setempat. Advokasi hukum tetap penting, namun dialog dan kolaborasi dengan masyarakat dapat menjadi langkah tambahan menuju pencapaian keadilan dan keharmonisan, membuktikan bahwa kekristenan bukanlah ancaman melainkan kekuatan positif.

Farsijana Adeney Risakotta: Kebebasan beragama yang dianut dalam kehidupan nasional Indonesia telah memungkinkan warga negara berpindah agama dari satu agama ke agama lain, baik melalui perkawinan maupun pilihan pribadi. Oleh karena itu, hasil survei yang menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk Kristen merupakan ancaman bagi Islam menunjukkan keberhasilan pola hidup pluralistik, di mana kerja sama antar agama telah menjadi bagian dari kehidupan budaya di Indonesia.

Pandangan terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh perkembangan agama Kristen di Indonesia akan mendorong umat Islam untuk mengamalkan Islam dengan cara yang merespons dan memenuhi kebutuhan masyarakat di dunia modern. Masa depan agama tidak lagi menekankan pada indoktrinasi tetapi juga mendorong umat untuk mencerna ajaran agama secara bijak dan fungsional. Ketika orang-orang beriman mencapai tahap ini, maka akan mengarah pada diskusi dengan penekanan pada keutamaan dan manfaat agama dalam membangun dan membimbing Indonesia.

Article continues below

Sulitnya mendirikan gereja di Indonesia merupakan warisan dari masa Orde Baru [di bawah Suharto], dan semangatnya melanggar kebebasan beragama dan hak asasi manusia. Keputusan Bersama tahun 2006 [yang mewajibkan gereja untuk memberikan daftar setidaknya 90 penduduk Kristen setempat sebelum sebuah gereja dapat didirikan] sering digunakan oleh kelompok Islam konservatif untuk menghalangi umat Kristen membangun gedung gereja. Peraturan ini memiliki niat baik, yakni memastikan pertemuan berjalan tertib. Namun menjaga ketertiban dan kebebasan beragama harus dijaga.

Baca biografi panelis kami di artikel utama seri ini, Mengurai Pancasila: Bagaimana Umat Islam dan Kristen di Indonesia Mengusahakan Persatuan. (Artikel lain dalam seri khusus ini tercantum di sebelah kanan pada desktop atau di bagian bawah pada perangkat seluler.)

Diterjemahkan oleh Mellie Cynthia.

[ This article is also available in English. See all of our Indonesian (Bahasa Indonesia) coverage. ]